Kamis, 18 Juni 2015

Rayakan Kebebasan Anda!


Kita, sebagai manusia, memang tidak bebas secara absolut. Bahkan ketika di akhirat pun, manusia akan diarahkan 'nih kamu yang baik ke kanan, yang jahat ke kiri, nanti kamu kesini untuk ditimbang pahala dan dosanya' (ya anggap saja kata-katanya begitu). Jika hewan dikendalikan oleh insting, manusia dikendalikan oleh tradisi dan norma masyarakat. Bebas disini berupa kebebasan mengambil keputusan untuk memilih dan kebebasan secara ruang personal yang kita hayati. Namun bukan itu yang gw mau bahas, melainkan kebebasan ruang fisik, yang jelas-jelas nyata sekarang inilah yang Anda diami.
Kemarin-kemarin ini gw ke Museum Fatahilah, Jakarta. Di salah satu sudut ruangan, terdapat sebuah ruangan kecil yang menjorok ke bawah. Guide berkata secara horor, "Ini adalah penjara wanita."


Penjara wanita di zaman Belanda ini, tempat Cut Nyak Dien pernah ditahan, hanyalah sebuah ruangan bau, sumpek, pengap, gelap, tingginya tidak lebih dari satu meter, tidak ada ventilasi, tidak bisa berdiri, tidak ada toilet, tidak ada pemandangan, dan sangat... mengerikan. Jelas mengerikan, puluhan perempuan Indonesia pernah ditahan di sana. Semoga waktu itu phobia terhadap ruangan sempit belum ada.


Berikutnya, masih dengan nada horor, guide berkata, "Ini adalah penjara laki-laki."


Dibandingkan penjara wanita, penjara laki-laki berada di luar ruangan (seperti kos-kosan gitu), dengan sedikit cahaya, dengan dua rangkap teralis besi, tapi kondisi lainnya enggak ada bedanya. Guide bilang, setidaknya ada 60 pemuda Indonesia dipenjara di sini. Mereka tidak diberi makan dan mereka harus tidur, buang air besar dan kecil di tempat yang sama. Coba Anda bayangkan kalau Anda berada di paling pojok ruangan penjara yang paling dalam, yang paling jauh dari teralis besi. Anda setiap harinya menghirup 60 aroma tahi dan kencing baru, lalu Anda tidak diberi makan, harus bergulat dengan pengap udara Jakarta yang panas, dan mencoba menggapai-gapai udara baru. Kemungkinan matinya ada dua: mati terkena penyakit karena tahi dimana-mana atau mati karena gila.

Berikutnya, guide menunjukkan penjara yang ada di luar gedung Fatahilah. Ini adalah penjara air. Kalau penjara-penjara sebelumnya adalah untuk orang-orang yang melakukan kriminal seperti mencuri, penjara air ini dibuat untuk para pemberontak. Tingginya hanya 160cm, berupa lorong panjang yang gelap, terdapat mata air di dalamnya sehingga air akan terus naik. Mungkin kalau airnya normal, hanya sebatas pinggang. Mungkin kalau ditambah hujan, para pemberontak mati tenggelam. Tapi coba Anda bayangkan Anda berada di dalam air 24 jam, selama satu minggu, dikalikan satu bulan. Mungkin Anda akan mati dengan kaki membusuk.
Mungkin ini salah satu penyebab kenapa Indonesia baru merdeka 300 tahun kemudian. Masyarakat Indonesia sangat takut dengan hukumannya yang membunuh perlahan-lahan itu. Beda dengan penjara sekarang, penjara dulu benar-benar tidak berperikemanusiaan. Memang sih di zaman Renaissance seperti itu, jangankan orang normal, orang gila aja dikerangkeng layaknya binatang. Konon katanya di Yunani, mereka melakukan perbuatan zinah, pengadilan memberikan hukuman untuk mencungkil salah satu mata dari kedua pasangan tersebut. Waah, kalau ini diterapkan di Indonesia, pasti banyak nih yang bermata satu. Ketika Belanda masih menjajah, Belanda sering kali menggantung atau memenggal kepala mereka-mereka yang berbuat kriminal. Mungkin ini bisa diterapkan, Pak SBY? :D
Kini Indonesia sudah merdeka, Anda juga merdeka. Walaupun misalnya sekarang Anda di balik meja kerja dan rasanya seperti berada di penjara karena tidak bisa melarikan diri dan diburu tenggat waktu. Setidaknya sesudah pekerjaan kelar, Anda masih bisa keluar, pulang ke rumah, bertemu dengan orang yang dicintai, lalu tidur di kasur empuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar