Kamis, 18 Juni 2015

Keraguan Menjelang Pernikahan

Berikut beberapa keragua-raguan menjelang pernikahan juga kiat-kiat mengatasinya:

Godaan beda pendapat
Godaan ini sering muncul saat Anda mempersiapkan pernikahan. Misalnya orangtua Anda menginginkan pernikahan yang sederhana, tapi orangtua pasangan tidak. Atau Anda dan pasangan bisa berbeda pendapat dalam memilih gaun pengantin. Perbedaan ini sering menjadi masalah jika tidak bisa menemui titik temu.
Godaan keuangan
Karena keuangan yang terbatas, pernikahan terpaksa ditunda. Jika pernikahan itu terlalu lama ditunda, maka bisa saja pernikahan itu akan batal untuk selamanya. Itu artinya, penting bagi Anda menyiapkan uang sebelum memutuskan untuk menikah.
Hal negatif pasangan
Saat akan menikah, hubungan Anda dan pasangan akan semakin dekat. Saat itu terjadi Anda akan melihat kekurangan pasangan. Jika Anda tidak bisa menerima kekurangan pasangan dengan baik, maka pernikahan anak batal. Jadi, berusahalah untuk mencintainya apa adanya.
Godaan mantan pacar
Saat Anda mengirimi mantan undangan pernikahan, ternyata dia justru minta kembali dan mengaku menyesal telah putus. Ini akan membuat Anda bingung, apalagi jika dia adalah cinta pertama Anda. Untuk menghindarinya, sebaiknya jangan hubungi mantan sebelum Anda menikah.
Godaan jadi idola
Anda mendadak jadi idola banyak cowok atau cewek saat menjelang pernikahan. Banyak yang mengajak Anda berkencan dan bahkan meminta untuk jadi pacar. Jika kesungguhan Anda untuk menikah masih kurang, maka pernikahan akan batal. Jadi cobalah untuk setia dan yakin.
Godaan masa lalu
Jelang menikah, Anda dan pasangan diminta untuk saling jujur mengenai masa lalu. Mungkin Anda akan berubah pikiran jika mengetahui bahwa masa lalu pasangan Anda kelam. Agar tidak merusak pernikahan, Anda harus lupakan masa lalunya dan jalani masa depan dengan apa adanya. Ingat! Itu hanya masa lalunya, dan kini masa depannya adalah bersama Anda.
Godaan mendadak ragu
Godaan ini sering muncul sesaat Anda akan melangsungkan pernikahan. Rasa gugup sering membuat otak Anda berpikir macam-macam dan akhirnya ragu. Untuk menghilangkannya, cobalah untuk tetap berpikir positif mengenai pernikahan Anda. Jangan menduga-duga hal yang negatif.

Berikut adalah beberapa saran yang berkaitan dengan keraguan yang melanda jelang hari pernikahan.

  • Sampai detik terakhir menjelang akad nikah, berdoa dan istikharahlah. Berserah dirilah kepada Allah Swt. Disarankan untuk tetap mengukur kemantapan diri, apakah mau maju atau mundur dengan menalar situasi dan kondisi yang terjadi menjelang hari pernikahan. Hendaknya, pernikahan dapat menjadi kebaikan dan amal saleh bagi diri, agama, dunia, dan akhirat yang bersangkutan. Kalau sudah mantap, ambillah segala risikonya. Sebab, nikah adalah ujian iman, agama, serta kesabaran.
  • Siapkan mental untuk menjadi istri, ibu, mantu, dan ipar. Menikah dengan duda beranak, berarti mental mesti harus lebih siap daripada menikahi pria lajang. Berkaca pada rumah tangga Rasulullah Saw. dan para nabi lainnya, diharapkan dapat memotivasi ukhti untuk bermental sekuat Siti Hajar, Siti Asiah, Siti Aisyah, dan Siti Khadijah.
  • Lebih aman membatalkan khitbah dari sekarang, daripada nanti sesudah menikah berujung pada perceraian. Maka, mengenai ada pihak yang tersinggung dengan keputusan kita membatalkan pernikahan adalah risiko yang harus diambil. Meski membatalkan khitbah atau pernikahan bisa saja tanpa menyebut alasannya, tetapi tetap harus disampaikan dengan diplomasi yang baik. Hal tersebut bisa disampaikan oleh mediator orangtua yang berbicara langsung dengan bersikap tegas dan santun.
  • Tinjau ulang mengenai keberadaan prinsip agama atau akhlak yang berbeda. Bila ada hal prinsip agama yang dilarang atau dilanggar, jelas pernikahan tidak bisa diteruskan. Alhamdulillah bagi ukhti kedua. Wujud kasih sayang Allah Swt. kepada ukhti adalah dengan terbukanya kondisi calon sebelum hari pernikahan. Ukhti seharusnya bersyukur bisa menyelamatkan diri dari sekarang daripada sesal kemudian tidak berguna.
  • Dengarkan nasihat keluarga atau teman. Tidak sedikit keluarga atau teman yang dapat memberi saran atas permasalahan jelang nikah. Dengarkan karena mereka tentu ingin berpartisipasi dalam suksesnya pernikahan Anda. Namun demikian, hal tersebut tidak berarti mereka memiliki kekuasaan penuh atas sikap dan keputusan Anda. Jangan biarkan orang lain mengintervensi keputusan Anda hanya karena ingin menyenangkan hati mereka. Prioritaskan yang terbaik dan paling tepat untuk Anda dan keluarga besar.
  • Saat memutuskan menikah, fokus pada hal-hal yang menjadi syarat sahnya nikah. Calon pengantin hendaknya banyak berdzikir, berdoa, serta jangan gugup karena khawatir pernikahan tidak berjalan sesuai dengan rencana (serba perfeksionis) yang pada gilirannya akan membuat emosi Anda mudah tersulut.
  • Harus benar-benar dipahami bahwa pernikahan yang sakral adalah rangkaian proses ibadah, dari sejak pemilihan jodoh, khitbah, ijab qabul, dan resepsi. Maka, persiapkan rangkaian khutbah nikah, penghulu KUA, maskawin, saksi, dan wali nikah dengan sebaik-baiknya. Calon pengantin harus senantiasa bertawakal kepada Allah Swt. setiap saat dan selalu berdoa semoga acara berjalan dengan hikmat dan berkah. Jangan lupa pula untuk mengucap syukur kepada Allah Swt. atas dukungan doa orangtua dan handai taulan.
  • Terimalah bantuan tenaga dari orang terdekat agar Anda bisa istirahat. Jangan ragu melibatkan keluarga atau teman Anda saat merencanakan hari pernikahan. Bantuan dari mereka akan membuat perasaan semakin bahagia. Namun, tidak berarti semua kerabat bisa mengatur penyelenggaraan walimah. Kendali penuh tetap berada di tangan calon pengantin atau orangtua. Yang terpenting, hindari khalwat atau berdua-duaan dengan calon suami saat mengurus persiapan nikah. Hindari sesi foto prewedding berdua-duaan karena belum muhrim.
  • Hemat anggaran agar tidak israf, tidak mubazir, dan berlebih-lebihan. Buatlah anggaran serinci dan sehemat mungkin. Cantumkan juga biaya tak terduga untuk antisipasi. Pembuatan anggaran ini sangat penting demi mengantisipasi adanya masalah ketika hari H tiba atau menghindarkan diri dari utang. Lebih baik menikah secara sederhana daripada ada perasaan yang mengganjal karena pernikahan tidak sesuai dengan anggaran dan kebarokahan harta.
InsyaAlloh, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar